Kamis, 05 Juli 2012

OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN YANG DAPAT MENGEMBANGKAN KECERDASAN JAMAK




BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang

     Pendidikan adalah usaha sadar yang di lakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,pengajaran,dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidupsecara tepat di masa yang akan datang
Dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa:   “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14).
Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya memiliki pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan kognitif (daya pikir, daya cipta), sosio emosional, bahasa dan komunikasi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui anak tersebut.
Anak usia dini adalah individu yang unik dengan berbagai krakteristik baik pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap manusia sejak lahir sudah di lengkapi dengan berbagai macam kecerdasan tetapi secara umum yang akan nampak dua atau tiga kecerdasan
          Gardner menekankan, bahwa kecerdasan tidak hanya berupa kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas di sekolah saja yang lebih banyak kaitannya dengan kemampuan verbal logis, melainkan kecerdasan itu adalah kumpulan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami informasi, mengumpulkan fakta  dan menyampaikan pengetahuan yang didapatnya Gardner membagi kecerdasan majemuk anak menjadi 8 kategori

     Untuk meningkatkan kecerdasan Multiple anak Maka disini seorang guru harus lebih kreatif atau pintar dalam membuat perencanaan pembelajaran,dan menyediakan media yang dapat  memberikan semangat atau motivasi dalam belajar, sehingga menjadikan suasana belajar yang menyenangkan.
Maka disini penulis akan membahas rencana pembelajaran dan mengevaluasi media pembelajaran yang di gunakan dalam proses pembelajaran melalui obserfasi penulis di sekolah SD WENING. Jl.Masjid Walang,Rawa Badak selatan KOJA

B.   Tujuan
      Tujuan mengevaluasi media pembelajaran adalah untuk mengetahui kekurangan penggunaan media pembelajaran yang di gunakan oleh Guru di sekolah SD WENING. Jl.Masjid Walang,Rawa Badak selatan KOJA Kelas 1 dalam mengembangkan multiple intelegence anak
C.   Manfaat
  Dengan adanya pengembangan media pembelajaran ini diharapkan berguna bagi guru, anak masyarakat maupun sekolah, antara lain :

1. Bagi guru, agar mampu mengembangkan media pembelajaran dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan bagi anak sebagai upaya menstimulasi potensi anak, agar dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan multiple
2. Bagi anak, agar memperoleh kesenangan dan kegembiraan melalui media pembelajaran yang di berikan guru
3.bagi sekolah agar dalam menyusun rencana pembelajaran dapat menyediakan media yang dapat merangsang multiple intelegence anak

BAB II LANDASAN TEORI

A.hakekat perkembangan anak usia dini

1.        Perkembangan
      Menurut Santrok dan Yussen bahwa perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan.
       Sedangkan Reni Akbar Hawadi mengatakan bahwa perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
       Hurlock mengartikan pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat berdiri sendiri, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja individu menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam dan otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, individu mempunyai kemampuan yang lebih besar, belajar mengingat dan berpikir. Individu tumbuh, baik secara mental ataupun fisik. Sebaliknya perkembangan, berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, ia dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dan perubahan yang teratur dan koheren. Progresif  menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur, teratur dan koheren menunjukan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang akan mengikutinya.
     Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah bahwa perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui pertumbuhan, kematangan dan belajar.

2.      Fase-fase Perkembangan.
            Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima fase yaitu:
1). Fase pranatal (saat dalam kandungan)
     Adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa  kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berprilaku dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan bulan.
2). Fase bayi
     Adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya bahasa, koordinasi, sensori motor dan sosialisasi.
3). Fase Kanak-kanak awal
     Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa prasekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya. Memasuki kelas atau SD menandai berakhirnya fase ini.
4). Fase kanak-kanak tengah dan akhir
     Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia SD. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
5). Fase remaja
     Adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa awal, yang dimulai kira-kira 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu, dan perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya untuk mandiri dan pencarian identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak dan idealis. Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga.
                  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua anak mengalami perkembangan sesuai dengan fase perkembangannya, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak sama kecepatan perkembangannya dikarenakan setiap individu berbeda secara biologis dan genetik, oleh karena itu sebagai orang tua dan pendidik tidak boleh menyamakan atau membanding-bandingkan antara satu anak dengan yang lainnya.

3.         Tugas Perkembangan pada Masa Kanak-kanak
Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurst adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan bagi individu, penolakan oleh masyarakat dan kesulitan untuk tugas perkembangan berikutnya. Menurutnya setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya yaitu fisik, psikis, serta emosional, moral dan sosial.
                Berikut ini tugas perkembangan pada masa kanak-kanak:
1). Belajar berjalan
2). Belajar makan makanan padat
3). Belajar mengendalikan gerakan badan
4). Mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
5). Memperoleh stabilitas fisiologis
6). Membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial     dan fisik
7). Belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak, adik, dan orang lain
8). Belajar membedakan yang benar dan yang salah.
     Melalui pemahaman tentang tugas perkembangan masa kanak-kanak ini, diharapkan akan menjadi suatu pegangan dan pedoman bagi pendidik untuk membantu anak mencapai tugas perkembangan berikutnya

B.hakekat kecerdasan

a. pengertian kecerdasan
kecerdasan artinya adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan informasi yang didapat dari kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi secara tepat dan efektif. Kecerdasan memang erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Yang disebut dengan anak yang cerdas adalah anak yang tanggap, cepat paham, mampu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Intelejensi atau kecerdasan merupakan salah satu fase dari hasil perkembangan otak
Salah satu anugerah yang sangat luar biasa dari Tuhan kepada manusia adalah kecerdasan. Anugerah ini diberikan dengan cuma-cuma alias gratis agar manusia dapat menjadi wakil-Nya atau khalifah di muka bumi, sehingga dapat mengelola kehidupan dengan baik.
Setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan satu triliun sel neuron yang terdiri dari seratus miliar sel aktif dan sembilan ratus miliar sel pendukung yang kesemuanya berkumpul di otak. Setiap satu sel neuron memiliki kemungkinan membentuk seratus ribu sambungan kompleks antarsel neuron yang bekerja mengolah informasi secara random. Kalau digunakan, setiap sel bisa berkoneksi dengan dua puluh ribu sel lainnya. Otak yang demikian canggih ini, sudah barang tentu, mempunyai kapasitas memori yang luar biasa. Menurut para ahli, otak manusia sanggup menyimpan ingatan secara conscious (ingatan di luar kepala) ekuivalen dengan lima ratus ensiklopedia besar.
Berdasarkan potensi kecerdasan sebagaimana yang disebutkan di atas, setiap manusia sesungguhnya berpotensi untuk menjadi manusia yang genius. Namun, sayang sekali, kapasitas otak yang dipergunakan oleh manusia pada umumnya hanya dipakai kurang dari satu persen. Padahal, kalau manusia mau memakai otaknya sampai delapan persen saja, maka ia akan menjadi manusia genius seperti Enstein

B. Faktor- faktor yang mempengaruhi kecerdasan 
1. Faktor genetik atau keturunan
Faktor genetik disini adalah orang tua yang memiliki intelegensi baik dapat diasumsikan memiliki anak yang membawa gen intelegensi baik juga, namun tidak selamanya bisa berlaku demikian
2. Faktor lingkungan
Maksud dari faktor lingkungan di sini adalah, sekalipun anak lahir dari ayah dan ibu yang cerdas, tapi bila ia tidak mendapat lingkungan yang mendukung seperti sekolah yang baik dan rangsangan yang tepat maka kecerdasan tidak akan berkembang. Nah saat yang tepat untuk mengasah kecerdasan dilihat dari perkembangannya ialaha sejak di kandungan sampai usia 5 tahun
3. Faktor gizi
Faktor gizi ini juga memegang peranan penting dalam kecerdasan. Zat gizi yang paling penting untuk pertumbuhan otak ialah protein (hewani dan nabati), Omega – 3 misalnya seperti salmon, tuna, tempa, tahu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau, zat besi. Yang perlu diingat adalah kecerdasan ini merupakan proses panjang dan berkesinambungan
Nah zat gizi ini tidak hanya untuk pertumbuhan otak tetapi juga untuk pertumbuhan organ tubuh yang lainnya yang berkembang terus. Karena itu dianjurkan anak harus diberikan gizi seimbang.



  c. Multyple Intelligence (MI)
Howard Gardner (1983) telah mengembangkan moddel kecerdasan melalui penelitian lebih dari 20 tahun. Dalam mengembangkan model kecerdasan jamak ini, Gardner menjelajahi berbagai disiplin ilmu seperti neourobiology, antropologi, psikologi, filsafat, dan sejarah. Gardner mengembangkan kecerdasan jamak dengan menggunakan dasar dari hasil kerja para pakar diantaranya Jean Piaget.
Gardner akhirnya sampai pada suatu kesimpulan/pandangan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan lebih tepat jika digambarkan sebagai suatu kumpulan atau ketermapilan yang dapat ditumbuhkembangka. Kecerdasan bersifat laten, ada pada setiap manusia tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Dalam menjelaskan mengenai kecerdasan, Gardner menggunakan kata/istilah Bakat atau Talenta (Gunawan, W. Adi, 2003:230).
Dengan teori MI nya Gardner menekankan, bahwa kecerdasan tidak hanya berupa kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas di sekolah saja yang lebih banyak kaitannya dengan kemampuan verbal logis, melainkan kecerdasan itu adalah kumpulan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami informasi, mengumpulkan fakta  dan menyampaikan pengetahuan yang didapatnya. Gardner membagi kecerdasan majemuk anak menjadi 8 kategori yaitu: 
1. Kecerdasan Linguistik 
Anak-anak yang berbakat dalam linguistik dapat distimulasi dengan mengucapkan, mendengar dan melihat kata-kata . Cara terbaik adalah melakukan tanya-jawab setiap selesai melakukan kegiatan, memperlihatkan gambar-gambar, mendengarkan kaset/rekaman dan menciptakan kesempatan untuk latihan menulis dan mencoret-coret. Dalam bermain kenalkan anak pada huruf dan angka. Bermain bisa dilakukan dengan peralatan sederhana, misalnya koran dan pensil. Mintalah anak melingkari huruf A, B ....dan seterusnya pada kalimat yang ada di koran. Hal yang sama dapat dilakukan dengan angka 1, 2, 3..... dst. Pemahaman anak terhadap huruf bisa kita stimulasi dengan permainan tebak kata, misalkan dengan menyebutkan benda-benda yang berawalan A, B, C ...dst. Selain itu kita juga bisa menanyakan huruf apa yang mengawali kata „ ayam“, „bebek“, „cicak“, „domba“.....dstnya, sambil menirukan suaranya atau gerakannya.
Anak diatas 3 tahun sangat senang bermain tebak-kata. Perbendaharaan kata dapat kita ajarkan dengan menerangkan ciri-ciri binatang, buah atau tanaman, sambil kita mengajarkan anak itu untuk merangkai kata tentang gambar-gambar yang dipotong dari majalah/surat kabar yang kita laminating. Biarkan anak mengungkapkan pikirannya tentang gambar-gambar tsb. Ajak anak menyusun gambar-gambar itu menjadi satu rangkaian cerita atau suruhlah anak menceritakan pengalamannya hari ini atau kemarin.
Pada usia 4-5 tahun, anak biasanya sudah bisa menulis, berilah pensil dan kertas. Latihlah anak mengungkapkan perasaannya dengan menulis kalimat pendek: „Aku cinta mama“, „Aku sangat senang“ dll. Bila usia bertambah, misalnya 6 tahun, ajarkan anak untuk mengungkapkan keinginannya dalam beberapa kalimat pendek dan berurutan.  Kecerdasan linguistik mencakup kemampuan mendeskripsikan sesuatu tidak hanya tertulis saja, melainkan juga secara lisan. Oleh karena itu ajarkan anak bisa berdiskusi, bermain peran, misalnya jadi dokter, guru dll. Dalam melakukan permainan, perdengarkan lagu-lagu dengan bermain merebut meja/kursi, misalnya atau siapa yang duluan duduk atau berdiri, sambil bertepuk tangan mengikuti irama, dll. 
-          2. Kecerdasan Logis-Matematis 
Permainan yang penuh strategi dan eksperimen untuk anak usia 1-5 tahun banyak dijual di pasaran, namun sebaiknya anak dikenalkan dengan benda-benda yang konkret/nyata terlebih dahulu, sebelum ke benda-benda abstrak. Karena dengan benda-benda konkret anak bisa menyentuh,meraba dan memegangnya, kemudian menjadikannya bahan percobaan: 
·         Mengelompokkan Benda-Benda (2-4 tahun)
Benda harus diklasifikasi dan diberi kategori mengikuti konsep logika dan matematika, contohnya sendok makan/teh dari sekelompok alat makan dan mengelompokkan permen coklat berlapis warna-warni berdasarkan warnanya atau bentuknya. Orangtua/Guru dapat mengkombinasikan permainan dengan pengenalan bilangan, melakukan pengurangan dan penjumlahan sederhana.
·         Mengenalkan Lagu/Syair yang memakai Bilangan (2-4 tahun)
Berhitung juga bisa dilakukan dengan lagu atau syair berirama untuk mempelajari berbagai tema dengan muatan dasar berhitung, sambil mempergakan jari sesuai dengan bilangan yang dinyanyikan. Hal ini akan membuat anak paham tentang konsep bilangan dengan berpikir lebih abstrak.
·         Mengukur Telapak Kaki (3-4 Tahun)
Menggunakan satuan standar untuk mengukur panjang seperti penggaris dan kali ini gunakan pola kaki yang terbuat dari kertas, bisa pola kaki sendiri atau dari mama, papa atau adik. Ini sudah merupakan konsep matematika. Kegiatan ini sangat menyenangkan, apalagi bila yang diukur adalah bagian tubuhnya. Pada awalnya bantulah anak membuat pola kakinya sendiri yang kemudian digunting dan dijiplak diatas kertas karton manila dengan warna berbeda-beda dan hitung jumlahnya sesuai warna tsb.
·         Konsep Berat dengan Batang Kayu atau Gantungan Pakaian (3-6 Tahun) 
Kaitkan tali pada pijakan kayu yang berada diatas, lalu ikatkan pada penggantung pakaian. Setelah itu kaitkan gelas plastik yang kosong di gantungan kiri dan kanan. Biarkan anak mengisi gelas kosong itu dengan benda-benda dan sebutkan mana yang lebih berat, yang kiri atau kanan, hitung jumlahnya pada masing-masing gelas. Kemudian anak disuruh membuat sendiri alat timbangan sederhana.
·         Permainan dengan Kalkulator (3-6 Tahun)
Anak suka bermain dengan peralatan yang ada di rumah. Berikan dia kalkulator, agar dia cepat akrab dengan lambang bilangan, termasuk bilangan „0“. Beritahu anak cara menggunakan kalkulator, bagaimana menampilkan bilangan dan juga menghapusnya.
·         Mengenalkan Konsep Bilangan „0“ (2-4 Tahun)
Bila anak sudah menguasai bilangan 1-10, barulah konsep bilangan „0“ bisa diajarkan. Permainan dimulai dengan menghitung benda-benda yang dilekatkan pada papan berperekat atau bermagnet. Cobalah ambil gambar itu satu-satu, sambil menghitung sisanya. Lakukan berulang kali sampai tidak ada lagi gambar yang tersisa pada papan, bahwa yang dilihat anak pada papan adalah „0“ gambar dan perkenalkan wujud tulisan „0“ dan suruhlah anak menulisnya. 
-          3. Belajar Visual-Spasial 
Kemampuan visual-spasial anak dapat distimulasi dengan penggunaan gambar, visualisasi dan permainan warna. Sediakanlah alat-alat yang diperlukan seperti crayon, pensil warna,cat air, kertas, atau gabus. Biarkan anak menggambar bebas untuk mengembangkan imajinasinya atau dengan mengikuti contoh gambar. Saat anak menggambar, imajinasi dan kreativitas anak terangsang. Dengan begitu anak bisa dengan mudah mengekspresikan dirinya. Kemudian kenalkan anak dengan warna-warna dasar terlebih dahulu, baru dilanjutkan dengan pencampuran warna. Anak bereksperimen mencampurkan warna merah dengan putih, terciptalah warna baru yaitu merah muda. Pertama kali anak mengalami ini, dia sudah melalui satu proses kreatif yaitu membuat sesuata yang tadinya tidak ada menjadi ada. 
Untuk dapat menggambar, anak harus melalui tahapan mencoret-coret seperti benang kusut dulu, baru kemudian terlihat ada garis dan kurva-kurva. Semakin lama garis dan kurva tsb semakin jelas bentuknya. Gerakan anak mencoret-coret dan menarik garis disebut motorik halus. Selain itu gerakan mencoret ini melatih koordinasi mata dan tangan yang akan menuju pembentukan huruf dan angka. Coretan merupakan tahapan menggambar dan juga sarana untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak. Ini merupakan satu kemampuan untuk mendukung kecerdasan visual-spasial. Coretan merupakan manisfestasi imajinasi anak.  
Mulai usia 2 tahun anak biasanya suka mencoret-coret dinding. Lapisilah dinding kamar tidur anak dengan kertas gambar tebal berukuran besar atau kertas biasa yang disambung-sambung, hingga berukuran agak besar.Bebaskan anak untuk mencoret dan berikan lagi bila anak meminta kertas berulang-ulang. Kemampuan visual-spasial juga bisa distimulasi dengan bernyanyi tentang pemandangan, agar anak tahu konsep sawah, gunung, bukit, langit dll. Musik membuat anak semakin pintar, sebab ada hubungan erat antara musik dan penampilan tugas-tugas spasial.  
Selain itu anak bisa diajarkan membuat prakarya, dan media yang dipakai biasanya kertas warna, sedotan, tali raffia, cat air, kapas ataupun kertas tisu. Dalam membuat prakarya, anak dituntut untuk berkreasi dan berimajinasi dengan memanipulasi kertas, cat atau bahan lainnya menjadi sesuatu. Dalam mengembangkan kecerdasan  visual-spasial anak kita harus tahu tahapan-tahapannya. Misalnya anak umur 2 tahun jangan disuruh menggambar rumah, karena anak seusia ini belum bisa memegang crayon atau pensil warna dengan baik. Perkembangan motorik halusnya memang belum mencapai kematangan untuk menggambar dengan bentuk jelas. Berikan kertas bergambar yang bisa diwarnai dengan mencoret-coret, arahkan coretan vertikal atau horisontal.
  -          4. Belajar Cara Kinestetik/Gerak Tubuh        
 Kecerdasan ini dapat distimulasi dengan menari, bermain peran, permainan dengan gerakan tangan, melompat, berlari, bermain drama, latihan-latihan olah tubuh seperti senam anak, renang, bermain tenis, sepak bola atau melakukan pantomim dll. Karena itu carilah Taman Bermain atau Taman Kanak-Kanak yang menyediakan fasilitas kolam renang misalnya atau tempat bermain yang memadai. Dalam melakukan kegiatan olah tubuh misalnya, bisa diperdengarkan musik dan gerakan anak mengikuti irama dll. Biasanya anak yang cerdas kinestetik gerakannya lincah dan tubuhnya lentur, anaknya periang, menyukai musik dan disukai lingkungannya. 
-          5. Belajar dengan Cara Musikal
 Menurut Gardner kecerdasan musik anak bukan seperti tanggapan orang pada umumnya merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, melainkan dapat dirangsang dan diasah sejak dini. Anak-anak diajarkan melalui irama dan melodi. Semua bisa dipelajari dengan mudah, bila hal itu dinyanyikan atau diberi aba-aba dengan ketukan menurut irama. Anak diperkenalkan dengan lagu-lagu dan ritme. Pengenalan lagu-lagu harus dilakukan secara bertahap dan sesuai usia.  Mulailah dengan syair yang pendek dulu seperti „Cicak,Cicak“, „Twinkle, Twinkle“ kemudian ke syair yang lebih panjang, misalkan „Balonku“. Lakukan latihan dengan beragam ritme, cepat dan lambat secara bergantian. Kemudian bisa divariasikan dengan gerakan atau gaya misalnya dalam menyanyikan “Topi Saya Bundar” atau “Kupu-Kupu”. Setelah itu anak diajarkan menirukan bunyi instrument seperti gitar, gendang sesuai ritme lagu dll. Dengan disiplin yang tinggi dan latihan yang teratur, anak bisa menyanyi dan memainkan alat musik tertentu, misalnya piano, orgen, gitar, dll. 
-          6. Melatih Kecerdasan Interpersonal 
Anak-anak diajarkan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka perlu diarahkan untuk berkomunikasi dengan oranglain dan guru dengan baik. Banyak permainan yang dapat dibuat untuk meningkatkan dukungan kelompok, penetapan aturan dan prilaku, kesempatan bertanggung-jawab, toleransi, tidak egois, menyelesaikan masalah bersama-sama. Permainan ini memerlukan kesabaran yang tinggi.  Karena pada usia 2-5 tahun anak masih berada pada taraf egosentris, yaitu tertuju pada kemauannya sendiri, bukan orang lain.
Pada mulanya dengarkanlah pendapat anak terlebih dulu, barulah kita berikan alternatif pendapat lain. Dengan cara ini anak akan mengenal perbedaan pendapat dan cara-cara mengatasinya.  Kemampuan bersosialisasi dapat juga dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan sosial, misalkan membersihkan halaman dan lingkungan sekitar bersama-sama atau mengunjungi orang yang tertimpa musibah banjir, gempa dll. Dengan cara ini anak dapat dirangsang untuk mempunyai kepekaan sosial, memahami dan mengerti perasaan orang lain dan selalu bersyukur akan kehidupannya yang lebih baik.
Jelaskan dan ajarkan anak untuk bersikap yang seharusnya, jika menghadapi orang yang tertimpa musibah.  Selain itu anak juga diajarkan untuk bersikap ramah-tamah terhadap orang sekitarnya, sehingga hubungan berkomunikasi tidak terganggu dan kesalah-pahaman tidak terjadi. Kemampuan interpersonal juga bisa diajarkan dengan mendengarkan orang lain, membiarkan orang lain selesai berbicara dan berbicara sesuai gilirannya. Hal ini dapat dilatih dengan permainan „Tongkat berbicara“. Dengan permainan ini, anak dilatih kesabarannya untuk menunggu giliran berbicara dan mendengarkan pembicaraan anak lain/guru terlebih dahulu. Orangtua/Guru dapat memberikan tongkat yang telah dihias lucu dan diberikan kepada anak yang ingin berbicara, sementara anak lain menunggu gilirannya dan mendengarkan. Anak yang memegang tongkat ini dapat berbicara singkat, jelas,beraturan dan jujur. 
-          7. Bermain Dengan Cara Intrapersonal 
Dalam hal ini anak diarahkan untuk bekerja sendiri dan memilih kegiatan yang paling disukai dan mampu memahami dan mengenal dirinya sendiri. Untuk melatih kemampuan ini, kita dpat memberikan permainan-permainan dengan berbagai perasaan, misalnya menunjukkan perasaan sedih, gembira, kesal, kecewa, bahagia dll. Sebelumnya kita harus menunjukkan dulu berbagai perasaan dan emosi tsb diatas, dan terangkanlah situasi-situasi yang menimbulkannya dan barulah anak memainkan peran sedang sedih,kesal dll. Dalam hal ini anak harus dibantu dengan memberitahu emosi apa  yang dia sedang alami saat itu. Kegiatan seperti ini sangat memperkaya batin anak dan membantu anak memahami diri sendiri dulu dengan baik, sebelum dia memahami perasaan orang lain/guru dan temannya.       
Pada anak Autistik misalnya, karena lebih banyak asyik dengan diri sendiri, justru lebih banyak distimulasi kecerdasan interpersonalnya yaitu berinteraksi dengan teman/guru atau dibuat tertarik dengan hal-hal yang di luar dirinya. Perangsangan emosi sangat penting bagi mereka untuk memperkaya emosinya yang terbatas dan untuk mengenali apa yang terjadi didalam perasaan dan emosinya itu. Kemampuan intrapersonal ini  sangat baik dikembangkan dengan permainan tanya-jawab tentang perasaan dan emosinya, misal „Kamu senang melakukan apa?“, „Kamu takut akan apa?“, „Kenapa kamu hari ini kelihatan sedih?“ dll atau biarkan anak bermain peran dengan tokoh yang dikagumi atau dicintainya. Kegiatan ini dapat pula dilakukan dengan menggunting dan       menempel gambar-gambar yang mencerminkan minat dan deskripsi harapan, impian, keinginan, perasaan dan  emosi diri.. 
-     8. Kecerdasan Naturalis            
Belajar dengan cara naturalis dapat dilaksanakan di alam terbuka, misalnya dengan kegiatan „walking out“ di sekitar Taman Bermain/Taman Anak-Anak. Hal ini baru dapat dilaksanakan, bila lokasi sekolah terletak di perumahan yang aman, nyaman, asri, dekat danau dan bebas polusi, karena tidak dilewati kendaraan umum.  Dalam melakukan jalan-jalan pagi ini anak diperkenalkan dengan alam sekitar, bisa sambil membawa kaca pembesar dan teropong, sehingga dapat mengeksplorasi dan meneliti. Di kelas dapat dilakukan tanya-jawab tentang apa saja yang dilihat atau adakan permainan tebak kata tentang binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terlihat di jalan atau membuat aquarium dengan berbagai jenis ikan dan tumbuhan laut atau mewarnai serangga seperti capung, kupu-kupu, lebah atau menggambar dan mencat gambar pelangi, pohon, daun, awan atau mengumpulkan seri perangko buah-buahan dll.  
  
C.hakekat evaluasi media pembelajaran
a.      Tujuan Evaluasi Media Pembelajaran
Secara terminologi evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan dan usaha untuk mencari umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan. Edwind Wandt dan Gerald w. Brown (1977) mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah :  evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Sesuatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.  Brown yang memberikan definisi tentang Evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu sendiri dapat diartikan suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses (yang berlangsung dalam rangka) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi dilapangan pendidikan).
Sedangkan evaluasi media pengajaran yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui apakah media yang digunakan dalam proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan.
b.       Ciri-Ciri Efektif Media Pembelajaran
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah menguasai penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Agar media pembelajaran dapat berfungsi secara efektif, terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi, seperti yang dipaparkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai :
1. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya bahan pelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3. Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh.
4. Keterampilan guru dalam menggunakan, apapun jenis media yang diperlukan syarat utamanya adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga dapat bermanfaat bagi siswa.
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
c.      Cara Mengevaluasi Media Pembelajaran
Terdapat beberapa penilaian dalam mengevaluasi media pembelajaran. H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman dalam bukunya, Media Pembelajaran, menerangkan bahwa ada dua penilaian dalam mengevaluasi media, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah suatu proses untuk mengumpulkan data tentang aktifitas dan efisiensi penggunaan media yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan yang telah diterapkan. Data yang diperoleh akan digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar dapat digunakan lebih efektif dan efisien. Setelah diperbaiki dan disempurnakan, kemudian diteliti kembali apakah media tersebut layak digunakan atau tidak dalam situasi-situasi tertentu.
1. Evaluasi Sumatif
Ada tiga tahapan dalam evaluasi sumatif, yaitu : 1) evaluasi satu lawan satu (one on one); 2) evaluasi kelompok kecil (small group evaluation); dan 3) evaluasi lapangan (field evaluation).
Pada tahapan evaluasi satu lawan satu (one on one), dipiliha dua orang atau lebih yang dapat mewakili populasi dari target media yang dibuat media disajikan kepada siswa secara individual. Kedua orang yang terpilih tersebut satu di antaranya mempunyai kemampuan di bawah rata-rata, dan yang satunya lagi di atas rata-rata. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Jelaskan kepada siswa tentang rancangan media baru. Kemudian amati reaksi mereka terhadap media yang dibuat ditampilkan tersebut.
2. Katakan kepada siswa bahwa kalau terjadi kesalahan penggunaan media tersebut, bukanlah karena kekurangan siswa tapi karena kelemahan media.
3. Usahakan agar siswa bersifat santai dan bebas dalam mengemukakan pendapat mereka mengenai media yang ditampilkan tersebut.
4. Lakukan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap penggunaan media tersebut.
5. Catat lama waktu yang digunakan dalam penyajian media tersebut dan catat pula reaksi siswa terhadap penampilan media tersebut.
6. Berikan tes yang mengukur keberhasilan penggunaan media tersebut.
7. Lakukan analisis terhadap informasi yang terkumpul.
Selanjutnya evaluasi kelompok kecil dilakukan kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih tersebut hendaknya dapat mewakili populasi. Usahakan siswa yang dipilih tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang dan yang pandai, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan yang terdiri dari berbagai latar belakang. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan bahwa media tersebut pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk penyempurnaannya.
2. Berikan tes awal untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang berkenaan dengan penggunaan media.
3. Tegaskan kepada siswa untuk mempelajari media tersebut.
4. Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
5. Bagikan angket kepada siswa untuk mengetahui menarik tidaknya media yang digunakan, mengerti tidaknya siswa terhadap pesan yang disampaikan oleh media tersebut, konsistensi tujuan dan materi dan cukup tidaknya latihan yang dilakukan.
6. Lakukan analisis terhadap data-data yang terkumpul.
Berikutnya evaluasi lapangan (field evaluation) merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif. Untuk itu diusahakan situasi yang mirip dengan situasi yang sebenarnya. Dalam pelaksanaannya dipilih 30 orang siswa dengan berbagai kataristik yang meliputi tingkat kepandaian kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar dan sebagainya. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Pilih siswa sebanyak 30 orang yang betul-betul mewakili populasi.
2. Jelaskan kepada siswa maksud uji coba lapangan dan hasil akhir yang diharapkan. Usahakan siswa bersifat relaks/santai dan berani mengeluarkan pendapat atau penilaian. Ingatkan kepada mereka bahwa uji coba bukan menguji kemampuan mereka.
3. Berikan tes awal untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan mereka mengenai topik yang menggunakan media tersebut.
4. Sajikan media yang sesuai dengan rencana perbuatannya.
5. Lakukan postes untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa setelah penyajian media tersebut. Hasil tes akhir dibandingkan dengan tes awal yang digunakan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi media yang dibuat tersebut.
6. Edarkan tes skala sikap kepada siswa yang dipilih tersebut untuk mengetahui sikap mereka terhadap media yang digunakan.
7. Lakukan analisa terhadap data yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, terutama mengenai keampuhan awal pretes, skor tes awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan dari bagian-bagian yang sulit, pengajaran serta kecepatan sajian dan sebagainya.
     
            D.      Kriteria Evaluasi Pendidikan
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Dengan demikian, untuk melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, hal-hal tersebut turut dipertimbangkan. Dibawah ini disebutkan beberapa kriteria dalam mengevaluasi media pembelajaran yang perlu diperhatikan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran.
1. Relevan dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran
2. Persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan tugas pendidik
3. Persesuaian dengan jenis kegiatan yang tercakup dalam pendidikan,
4. Menarik perhatian peserta didik
5. Maksudnya harus dapat dipahami oleh peserta didik
6. Sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan
7. Kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat belajar yang dirumuskan dalam syllabus
8. Keaktualan (tidak ketinggalan zaman)
9. Cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan
10. Skala dan ukuran
11. bebas dari bias ras, suku, gender
BAB III Hasil visitas dalam Observasi
  1. Profil sekolah
TK dan SD Wening merupakan lembaga pendidikan yang telah di percaya oleh masyarakat,dan di bina oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Lembaga Pendidikan ini di bawah naungan Yayasan Pendidikan TK/SD Wening. Nama” wening “sendiri di ambil dari bahasa sansakerta yang artinya hening atau tenang. Pendiri yayasan mengambil nama wening sebagai tujuan dalam lembaga pendidikan tersebut untuk membentuk generasi penerus yang tenang, taqwa dan tekun untuk mencapai cita-cita.
Visi dan Misi TK dan SD Wening “kualitas dalam taqwa kompetensi dalam prestasi”
TK dan SD Wening berada dalam satu lokasi,TK Wening berdiri sejak 21 juli 1980 sedangkan SD Wening berdiri sejak 17 juli 1987
Sekolah ini berdiri di atas tanah seluas 1500 m2 dengan luas bangunan 780m2
TK dan SD Wening di bina oleh tenaga profesional berlatar belakang pendidikan yang telah di tetapkan oleh Depdiknas.
Fasilitas yang tersedia di sekolah dasar Wening adalah:
1.    Halaman,dan taman yang luas untuk upacara,kegiatan pramuka dan bermain
2.    Ruang kelas yang nyaman
3.    Perpustakaan dan sanggar pramuka
4.    Ruang kesehatan (UKS)
Lembaga pendidikan ini bekerja sama dengan:
1)  instansi terkait
2)  lembaga psikologi terapan
3)  lembaga bina prestasi
4)  komponen pendidikan
5)  lembaga pendidikan keterampilan
  Prestasi yang pernah di capai  TK dan SD Wening:
·         juara lomba menari
·         juara lomba MTQ
·         juara lomba senam
·         juara lomba praktek sholat
·         juara lomba cerdas cermat
·         juara lomba loketa
·         juara lomba kegiatan pramuka
·         dan juara lomba yang di adakan oleh instansi dan organisasi terkait
             jumlah murid kelas 1 adalah 48 siswa yang di bagi menjadi 2 kelas yaitu 24 anak untuk kelas pagi dan 24 untuk kelas siang



  1. Rencana pembelajaran

  1. Kelebihan dan kelemahan

Bab.IV Penutup
a.    Kesimpulan
Anak SD kelas awal telah memasuli Fase kanak-kanak tengah dan akhir
     Pada  fase ini perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
Pada masa ini masih dalam tahap perkembangan otak  yang pesat maka perlu pemberian rangsangan yang baik
    Kecerdasan memang erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Yang disebut dengan anak yang cerdas adalah anak yang tanggap, cepat paham, mampu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Intelejensi atau kecerdasan merupakan salah satu fase dari hasil perkembangan otak

Gardner menekankan, bahwa kecerdasan tidak hanya berupa kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas di sekolah saja yang lebih banyak kaitannya dengan kemampuan verbal logis, melainkan kecerdasan itu adalah kumpulan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami informasi, mengumpulkan fakta  dan menyampaikan pengetahuan yang didapatnya. Gardner membagi kecerdasan anak menjadi 8 yang di sebut dengan Multiple Intelegence
  Untuk mengembangkan multiple intelegence dalam pembelajaran di sekolah sangat di pengruhi oleh perencanaan pembelajaran dan penyediaan media pembelajaran yang dapat mendukung perkembangan tersebut.untuk itu guru harus pintar dalam memilih media pembelajaran
b.    Saran
Dalam mengoptimalkan pembelajaran guru harus menyediakan lingkungan pembelajaran yang serasi dengan tujuan pembelajaran,artinya setiap media yang di sediakan harus bermakna dan mempunyai tujuan.
Dalam memilih media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Oleh karena itu dalam memilih media pembelajaran dapat menyentuh gaya belajar setiap siswa.





DAFTAR PUSTAKA

Anshor, Ahmad Muhtadi. 2009. Pengajaran Bahasa Arab: Media dan Metode-Metodenya. Yogyakarta : TERAS
Arsyad, Azhar 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1990. Media Pengajaran. Bandung : CV Sinar Baru
Usman, M Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Pers
Mulyani Sumantr i dan Syaodih, Perkembangan  Peserta Didik (Jakarta : Universitas Terbuka, 2006)
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak I (Jakarta: Erlangga, 1991)
              http://www.pestalozzi-indonesia.com/content/view/25/2/



Tidak ada komentar: